Rabu, 09 November 2011

CERPEN


                CAHAYA CINTA

Semua orang di sekitarku selalu mempertanyakan tentang statusku  yang masih dalam kesendirian,aku tak peduli dengan semua omongan orang di sekeliligku. Di usiaku yang sudah berkepala tiga aku belum mempunyai rencana untuk membangun rumah tangga. Teman-teman ku yang satu kelas denganku sudah pada membangun rumah tangga. Berkali-kali ayah dan ibu dikampung selalu menelponku dan setiap kali menelpon mereka selalu menyinggung tentang statusku yang masih melajang.
                Ihsan adalah sahabat karibku, tapi sekarang dia sudah berumah tangga,kami selalu kontak  lewat handphone,merasa khawatir dengan keadaanku mereka sempat mengenalkanku dengan teman sepengajian istrinya. Kami sempat bertukar foto lewat perantara  mbak Meli istrinya Ihsan. Cewek itu bernama Linda. Orangnya cantik,sholehah, tapi  sayang sekali lamaranku di tolak oleh orang tuanya.Kini kami telah menjalani kehidupan  masing-masing hingga Linda sekarang telah mendapatkan pendamping hidup yang sesuai dengan kemauan orang tuanya.
                Untuk melupakan Linda aku jalani pekerjaan sehari-hariku dengan mengajar di sebuah universitas terkenal di Indonesia. Hingga aku lupa dengan sunah rasulullah untuk  menikah. Ayah dan ibu memaksaku untuk pulang, mereka telah mempunyai pilihan untuk jadi istriku, tapi aku merasa gadis pilihan orang tuaku tidak cocok dengan diriku. Aku merasa uang yang aku kumpulkan selama ini bagaikan tumpuan kertas yang tak bermakna, tak ada yang mengaturnya. Hingga suatu saat kutermenung dalam kesendirian. Dengan cepat aku menuju ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan bermunajat kepada sang illahi. Aku merasakan malam itu aku benar-benar bersama Allah. Aku bersimpuh dan menengadah sepenuh hati agar segera di berikan jodoh, mengingat usiaku yang sudah saatnya untuk berkeluarga. Aku ingin membangun rumah tangga yang sakinah dan dikaruniai sebuah keturunan yang akan melanjutkan dakwah islam, yang akan melanjutkan syiar islam.Dua minggu kemudian doaku terjawab. Alhamdulillah Allah telah mempertemukanku dengan seorang wanita sholihah,pintar. Dia adalah teman sepengajianku.Ustadku lah yang mempertemukan kami.Tanpa pikir panjang aku melamarnya dan sebulan kemudian kami menikah.
                Dua tahun sudah kami membangun bahtera rumah tangga, kini usia kandungannya sudah memasuki bulan ke tujuh. Aku merasa khawatir dengan keadaannya yang sering sakit-sakitan. Dalam bulan ini sudah 8 kali kami bolak-balik rumah sakit untuk memeriksa kandungannya. Dokter menyarankan agar Ima meluangkan banyak waktunya untuk istirahat.
                Hari ini aku mendapatkan surat utusan dari kampus untuk mengikuti  pelatihan pengajaran  selama 2 hari di padang. Dengan perasaan berat aku menceritakan ke Ima tentang pelatihanku.
Selama di Pandang aku tidak focus dengan materi-materi pelatihan yang diberikan, aku gelisah memikirkan keadaan Ima yang semakin lama semakin memburuk. Tiba-tiba saat makan malam aku menerima telpon dari ibu mertuaku bahwa sekarang Ima dan kandungannya sudah tiada. Sungguh aku tidak bisa berkata apa-apa.kata-kata itu bagaikan tombak yang mengancam ulu hatiku. Tidak terasa air mata ini tak hentinya mengalir. Aku tak boleh larut dalam kesedihan ini. Aku harus bangkit. Anak-istri dan harta hanyalah titipan dari Illahi. Dan titipan itu kini telah kembali kepada-Nya.

Nama lengkap: Ayu Wahyuni Lestari
 Universitas : BRAWIJAYA Malang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar